Dengan kesabaran seorang
penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang. Amsal 25:15
pedagang dikejar-kejar aparat, diusiri tanpa
rasa kemanusiaan, pedagang ketakutan untuk berdagang. Ia prihatin, ia merasa
sedih kenapa kota tak ramah pada manusia.
Sewaktu SD ia berdagang apa saja untuk
dikumpulkan biaya sekolah, ia mandiri sejak kecil tak ingin menyusahkan
bapaknya yang tukang kayu itu. Ia mengumpulkan uang receh demi receh dan ia
celengi di tabungan ayam yang terbuat dari gerabah. Kadang ia juga mengojek
payung, membantu ibu-ibu membawa belanjaan, ia jadi kuli panggul. Sejak kecil
ia tau bagaimana susahnya menjadi rakyat, tapi disini ia menemukan sisi
kegembiraannya.
Ia sekolah tidak dengan sepeda, tapi jalan kaki.
Ia sering melihat suasana kota, di umur 12 tahun dia belajar menggergaji kayu,
tangannya pernah terluka saat menggergaji, tapi ia senang dan ia gembira
menjalani kehidupan itu, baginya “Luwih becik rengeng-rengeng dodol dawet,
tinimbang numpak mercy mbrebes mili”. Keahliannya menggergaji kayu inilah yang
kemudian membawanya ingin memahami ilmu tentang kayu.
Lalu ia berangkat ke Yogyakarta, ia diterima di
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, jurusan kehutanan. Ia pelajari
dengan tekun struktur kayu dan bagaimana pemanfaatannya serta teknologinya. Di
masa kuliah ia jalani dengan amat prihatin, karena tak ada biaya hidup yang
cukup. Kuliahnya disambi dengan kerja sana sini untuk biaya makan, ia sampai
lima kali indekost karena tak mampu biaya kost dan mencari yang lebih murah.
Hidup dengan prihatin membawanya pada situasi
disiplin, Jokowi mampu menerjemahkan kehidupan prihatinnya lewat bahasa
kemanusiaan, bahwa dalam kondisi susah orang akan menghargai tindakan-tindakan
manusiawi, disinilah Jokowi belajar untuk rendah hati.
Setamat kuliah ia tetap menjadi tukang gergaji
kayu, tapi ia sudah memiliki wawasan, ia melihat industri kayu berkembang
pesat, ia mendalami mebel. Disini ia pertaruhkan segalanya, rumah kecil
satu-satunya bapaknya ia jaminkan ke Bank. Dan ia berhasil, ia bukan saja tapi
ia juga pengambil resiko yang cerdas, ia berhasil dari sebuah bengkel mebel
dengan gedek disamping pasar yang kumuh berhasil dikembangkan. Ia menangis
ketika pekerja-pekerjanya bisa makan.
Suatu saat ia kedatangan orang Jerman bernama
Micl Romaknan, orang Jerman ini kebetulan tidak membawa grader (ahli nilai)
kayu, ia ngobrol dengan Jokowi, kata orang Jerman itu : “Wah, di Jepara saya
ketemu orang namanya Joko, baiklah kamu kunamakan saja Djokowi, kan mirip
Djokovich” akhirnya terciptalah sebuah nickname Jokowi yang melegenda itu.
Perkembangan bisnisnya bagus, ia dipercaya kerna
ia jujur, orang Jerman suka dengan orang yang jujur dan pekerja keras, Jokowi
hanya tidur 3 jam sehari, selebihnya adalah kerja. Ia tak pernah makan uang
dari memeras atau pungli, ia makan dari keringatnya sendiri. Dengan begitu
hidupnya berkah. Jokowi berhasil mengekspor mebel puluhan kontainer dan ia
berjalan-jalan di Eropa.
Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang
mengunjungi Eropa dengan cara hura-hura atau foto sana, foto sini tanpa
memahami hakikat masyarakatnya. Jokowi di Eropa berpikir reflektif. “Kenapa
kota-kota di Eropa, kok sangat manusiawi, sangat tinggi kualitasnya baik
kualitas penghargaan terhadap ruang gerak masyarakat sampai dengan kualitas
terhadap lingkungan” lama ia merenung ini, akhirnya ia menemukan jawabannya
“Ruang Kota dibangun dengan Bahasa Kemanusiaan, Bahasa Kerja dan Bahasa
Kejujuran”. Tiga cara itulah yang kemudian dikembangkan setelah ia menduduki
jabatan di Solo.
Setelah sukses di bisnis, Jokowi berpikir
“Bagaimana ia bisa berterima kasih pada bangsanya” lalu ia mendapatkan jawabannya,
bahwa contoh terbaik untuk berterima kasih adalah menjadi pemimpin rakyat yang
bertanggung jawab. Lalu ia masuk ke dalam dunia politik dengan seluruh rasa
tanggung jawab. Pertanggung jawaban politiknya adalah pertanggungjawaban moral
bukan karena ia mencari hidup dalam dunia politik, ia ikhlas dalam bekerja,
baginya inilah cara berterima kasih pada bangsanya.
Ia masuk ke dalam dunia politik, awalnya tidak
dipercaya, karena sosoknya lebih mirip tukang becak alun-alun kidul tinimbang
seorang gagah yang hebat, dalam masyarakat kita, sosok dengan ‘bleger’ yang
besar lebih diambil hati ketimbang orang dengan sosok kurus, ceking dan tak
berwibawa itulah yang dialami Jokowi, tapi beruntung bagi Jokowi, saat itu
masyarakat Solo sedang bosan dengan pemimpin lama yang itu itu saja, mereka
mencoba sesuatu yang baru. Akhirnya Jokowi menang tipis.
Masyarakat mempercayainya dan ia menjawabnya
dengan “Kerja” ia siang malam bekerja untuk kotanya, ia datangi tanpa lelah
rakyatnya, ia resmikan gapura-gapura pinggir jalan, ia hadir pada
selamatan-selamatan kecil, ia terus diundang bahkan untuk meresmikan pos ronda
sebuah RW sekalipun. Ia bekerja dari akarnya sehingga ia mengerti anatomi
masyarakat.
Suatu hari Jokowi didatangi Kepala Satpol PP.
Kepala Satpol itu meminta pistol karena ada perintah pemberian senjata dari
Mendagri. Jokowi meradang dan menggebrak meja “Gila apa aku menembaki rakyatku
sendiri, memukuli rakyatku sendiri…keluar kamu…!!” kepala Satpol PP itupun
dipecat dan diganti dengan seorang perempuan, pesan Jokowi pada kepala Satpol
PP perempuan itu “Kerjalan dengan bahasa cinta, kerna itu yang diinginkan
setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban,
masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai
dirinya, lingkungan dan Tuhan. Dari hal-hal inilah Jokowi membangun kota-nya,
membangun Solo dengan bahasa cinta….”.
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami
perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui
slogan Kota Solo yaitu “Solo: The Spirit of Java”. Langkah yang dilakukannya
cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang
barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi
fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan
kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka
Sekarang beliau meimpin DKI Jakarta sebagai gubenur dan didampingi oleh wakilnya yang juga sangat mendukung dalam cita citanya
Demikian sekilas sejarah JOKOWI yang begitu fenomenal....spektakuler...
Kita dukung Gubenur kita Jokowi dan wakilnya Ahok beliau adalah pemimpin pemimpin yang merakyat dan tidak mementingkan diri dan...yang pasti cara-cara kepemimpinannya begitu transparan...
maju terus Jokowi dan Ahok kami slalu mendukung dan mendoakan bapak berdua.................Amin